Senin, 14 Januari 2013

sekolah di sebuah gerbong kereta


Judul Buku      : Totto-Chan (Gadis Cilik di Jendela)
Penulis             : Tetsuko Kuroyanagi
Tahun              : 2003
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku      : 272 halaman
ISBN               : 979-22-0234-X

Sekolah di Gerbong Kereta
Oleh Ubaidah Zahroh *)

Seorang gadis cilik yang berwajah cantik, keturunan Jepang bernama Totsky.  Namun, kebanyakan orang memanggil dengan sebutan Totto-Chan. Dia mempunyai seekor anjing yang bernama Rocky, anjing ini yang selalu menemani Totto-Chan dikala sedih dan senang. Gadis cilik itu pernah di keluarkan dari sekolah, padahal baru kelas satu SD, dikarenakan sering membuat ulah yang dapat menganggu belajar temannya yang lain. Kenakalan Totto-Chan disebabkan ia sering berdiri dijendela selama pelajaran berlangsung, bermain meja, memanggil pengamen jalanan,dsb. Totto-Chan dianggap oleh Gurunya nakal, padahal ia hanya punya rasa ingin tahu yang besar. Dia selalu mencoba apa yang dianggapnya unik atau merasa menyenangkan. Mama Totto-Chan merasa sedih ketika mendengarkan anaknya dikeluarkan dari sekolah hanya karena ulahnya. Kemudian Mama mendaftarkan Totto-Chan ke Tomeo Gakuen, yaitu sekolah yang terdiri dari enam gerbong kereta yang dijadikan sebagai kelas untuk mereka belajar. Totto-Chan sangat gembira ketika dimasukkan kesekolah gerbong kereta. Ia merasa bisa belajar smbil menikmati pemandangan  yang berada diluar gerbong kereta dan membayangkan sedang melakukan perjalanan dengan kereta.
Di Tomeo Gakuan, tidak adanya peraturan. Mulai dari tempat duduk yang mereka bisa sesuka hati berpindah tempat, selain itu pada sekolah ini juga konsep pembelajarannyapun berbeda dengan sekolah-sekolah lain. Disini Guru membuat daftar semua soal dan pertanyaan mengenai hal-hal yang akan diajarkan pada hari itu. Kemudian Guru berkata :” Sekarang, mulailah dengan salah satu dari ini. Pilih yang kalian suka.” Kemudian siswa memilih yang mereka sukai, jadi dalam pembelajrannya tidak ada yang sama. Ada yang belajar fisika, menggambar, menulis huruf abjad, ada yang ingin belajar bahasa, sesuai dengan kesukaan mereka. Kerena konsep yang diterapkan sekolah itu, Totto-Chan merasa senang dan slalu giat berangkat sekolah.
Kepala sekolah yang dengan kesabarannya mengajarkan kepada mereka, tentang pelajaran yang mereka sukai, akan tetapi secara tidak langsung dia sudah mengajarkan tentang arti sebuah persahabatan, rasa hormat, dan saling menghargai orang lain, rasa saling berbagi, saling membantu, serta kebebasan untuk menjadi diri mereka sendiri. Selain itu kepala sekolah juga menerapkan pembelajran diluar kelas yaitu dengan mengadakan perjalanan yang nantinya dapat di kaitkan dnengan sebuah  pembelajaran. Sekolah itu terasa begitu lengkap dengan adanya semangat antara kepala sekolah dan siswa Tomeo Gakuan. Mereka saling melengkapi dan bersahabat. Akan tetapi kegembiraan itu sirna setelah kepergiannya Yasuaki-Chan teman ynag paling mereka sayangi karena terkena penyakit polio.
Dengan serangan yang terjadi pada kota Jepang, menyebabkan banyaknya serdadu yang gugur dimedan perang. Yang kemudian membuat sekolah Tomeo Gakuen hancur karena terkena bom dari serangan Amerika. Sehigga tidak adanya barang yang tersisa yang dapat digunakan untuk membangun sekolah baru atau kehidupan baru lagi. Kini mereka semua dipisahkan oleh kejadian yang tak diinginkan akan sebuah perpisahan.
Kelebihan pada buku ini adalah ceritanya menarik, bahasanya mudah dipahami, menggugah hati, dan dapat menambahkan pelajaran yang pelum pernah dipelajari atau didapatkan. Kekurangannya adalah tidak adanya arti dari sebuah bahasa asing yang terdapat dalam sebuah cerita tersebut. Dijelaskan artinya hanya pada satu bab saja yang mengenai arti dari nama Totto-Chan. Tidak adanya keterkaitan atau sambungan dari tiap-tiap bab. Akan lebih baik apabila pada setiap bab jika ada kata-kata yang asing, maka dibawahnya di beri catatan kaki. Selain itu dalam setiap bab ceritanya ada keterkaitan antara bab satu dengan bab lain.

*) Penulis adalah Mahasiswa UMS, akt 2011.

Kamis, 29 November 2012

Resensi Buku "Sekolah Dibubarkan Saja"


Resensi Buku
Judul Buku      : Sekolah Dibubarkan Saja
Penulis             : Chu- dieL
Tahun              : 2010
Penerbit           : INSISTPress
Tebal Buku      : xiv + 178 halaman
ISBN               : 978-602-8384-34-6

SEKOLAH DIBUBARKAN SAJA
Oleh Ubaidah Zahroh *)

            Sekolah dibubarkan saja dalam buku karya Chu-diel sangat mengemparkan para pembaca buku tersebut. Serta banyaknya tanda tanya “Mengapa Sekolah Harus Dibubarkan Saja…?”. Nah, setelah saya membaca ternyata baru tahu maksud dari penulis mengenai Sekolah dibubarkan saja. Buku ini adalah buku yang ditulis oleh pengarang mengenai pengalamannya dalam belajar dengan para remaja usia sekolah, ketika penulis masih menjadi seorang activis kesehatan dan reproduksi di daerah Sumatra Barat, tempat kehidupan penulis. 
            Segala permasalahan yang menimpa para pelajar mengenai konsep belajar mengajar disekolah. Adanya kekecewaan para pelajar atas sikap dari sekolah yang tak bisa memberikan hasil yang terbaik, sesuai dengan yang dicita-citakan. Mereka berpendapat bahwa jadi seorang siswa itu harus mau berusaha. Paradigma pendidikan sekolah yang hanya menempatkan siswa sebagai objek yang harus menurut peraturan sekolah, rajin mengerjakan tugas, disiplin hadir di sekolah dan menyimak total dengan seksama pelajaran-pelajaran yang disampaikan guru di kelas, membuat suasana belajar menjadi tidak nyaman dan membosankan. Bagaimanapun caranya yang penting sekolahanya mendapatkan tingkatan prestasi atau bisa dibilang sekolah yang berprestasi cemerlang, selain itu guru-guru bisa dianggap sebagai pahlawan pendidikan, meskipun apa yang diajarkan disekolah tidak sesuai dengan yang dipikirkan kebanyakan orang. Kekecewaan yang dialami oleh para pelajar, membuat mereka menginginkan sekolah dibubarkan saja.
            Penulis menyampaikan aspirasi-aspirasinya secara cemerlang. Sub judul yang diambil penulis membuat orang terus berpikir dan mengkritisi masalah tentang pendidikan disekolah. Pendidikan yang benar-benar aneh, menggambarkan manusia hanya sebagai robot yang bisa diremot, diarahkan kemana saja oleh pemilik remot tersebut. Mulai dari menuntut siswa untuk dapat mengunggulkan sekolahanya dengan ancaman nilai, entah bagaimana cara mereka supaya bisa membanggakan nama sekolahan, baik itu lewat les umum bahkan sampai harus privat sekalipun yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, sekolah di anggap pembunuh daya kreatif siswa, dengan keterbatasan jurusan pada tiap-tiap sekolah dan juga ada yang berpendapat “Orang Miskin Dilarang Masuk”.
            Penulis juga kecewa dan mempertanyakan mengenai pesta yang diadakan setelah ujian sekolah yang dilakukan dengan kecurangan-kecurangan dimana-mana. Semua kegelisahan pendidikan formal dari penulis mengakumulasi pada tanda tanya eksis sebuah “pabrik”.
Karena itulah, penulis mengatakan, pelajaran yang paling menarik bagi siswa di sekolah adalah ketika ada pengumuman para guru sedang rapat atau sekolah diliburkan tiba-tiba. Sekolah dianggap sebagai satu-satunya jalan menuju kesuksesan. Padahal tak selamanya dan tidak seperti apa yang dibayangkan. Buku ini mencoba membuka nalar pikiran kita. walaupun belum mendapatkan solusinya.

*) Penulis adalah Mahasiswa UMS, akt 2011.

Selasa, 10 Juli 2012

Tugas Akhir Mata Kuliah Membaca Komprehensif

Resensi Novel: Ranah 3 Warna

Judul Buku         : Ranah 3 Warna
Nama Pengarang: Ahmad Fuadi
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit         : Jakarta
Tahun Terbit       : 2011
Tebal Buku         : 470 halaman
Harga Buku         : Rp. 45.000,00

            Novel Ranah 3 Warna adalah buku kedua dari trilogi Negeri 5 Menara yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. Buku ini bercerita tentang perjalanan hidup Alif. Alif yang baru saja lulus dari Pondok Madani (PM) bertekad untuk masuk ke perguruan tinggi negeri, menyusul Randai yang sudah lebih dulu masuk ITB. Persaingan sejak kecil dengan Randai membuatnya gigih untuk belajar dan lolos tes UMPTN. Semangatnya menggebu-gebu, agar dapat lulus ujian UMPTN. Namun, setelah mendengar kata Randai, bahwa ijazahnya bukan ijazah SMA, sempat menciutkan semangat Alif. Akan tetapi, itu membuat Alif tidak patah semangat. Malah ia menjadi tertantang untuk membuktikan bahwa lulusan pesantren juga bisa masuk universitas negeri. Ia akan buktikan kesemua orang bahwa segala tantangan berat akan bisa dihadapi dengan sungguh-sungguh dan usaha keras. Man jadda wajadda. Akhirnya, Alif keterima di universitas negeri.
            Baru beberapa bulan menjalani kuliahnya, Alif sudah harus membiayai kuliahnya sendiri, karena ayahnya telah meninggal. Tidak hanya itu, nilai ulangannya berantakan, harus membayar biaya rumah sakit, mengirim uang untuk amak dan untuk menghidupi adik-adiknya. Alif sudah tak tahan lagi dengan cobaan yang terus menimpanya. Dia akan terus bersabar dengan ujian yang bertubi-tubi menimpanya. Alif yakin, bahwa diujung kesabarannya itu ada hadiah yang bakal menantinya. Dia dapat membayar uang kuliah, makan, serta bayar kost mendapatkan penghasilan dari menulis yang digurui oleh Bang Togar yang sangat keras. Namun ia masih tetap sabar dan masih mau belajar kepada Bang Togar.
            Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi merupakan novel yang berisikan motivasi-motivasi dan semangat hidup yang luar biasa, yang begitu kental dengan kegigihan dan perjuangan dalam setiap kisahnya. Buku yang berkisah tentang seorang Alif yang berusaha keras dan sungguh-sungguh menjalani kehidupannya, dalam meraih cita-citanya. Ahmad Fuadi memang pandai dalam menggunakan bahasa mantra yaitu Man jadda wajada di buku pertama, Man Shabara Zhafira di bukunya yang kedua. Mengajak pembaca tanpa harus memaksa-maksa. Memberi motivasi, tapi bukan dengan kata-kata yang berlebihan.
            Berbagai hikmah bermanfaat yang dapat kita petik dari novel Ranah 3 Warna ini. Jika di buku pertama dari Trilogi Negeri 5 Menara kita mendapatkan pelajaran yaitu “Man Jadda Wajadda” (Barang siapa yang bersunggung-sungguh pasti akan mendapatkannya), maka dibuku yang kedua ini ada satu tambahan pelajaran lagi, yaitu “Man Shabara Zhafira” (Barang siapa yang bersabar, pasti akan mendapatkan keberuntungan). Ternyata sebuah keberhasilan, kesuksesan, atau apapun yang bermakna pencapaian (cita-cita) itu tidak hanya cukup dengan bersungguh-sungguh, tapi juga harus diiringi dengan konsep kesabaran dan usaha yang keras. Sabar adalah hal yang tidak mudah kita lakukan, maka dengan itu didalam novel Ranah 3 Warna ini, dapat kita ambil pelajarannya. Tidak hanya di situ, sifat pantang menyerah dan kesabaran yang Alif tunjukkan dalam buku Ranah 3 Warna itu dalam menghadapi cobaan membuat saya merasa iri dan malu. Malu karena saya jarang bersyukur. Malu karena belum bisa menghasilkan apa-apa. Meski cobaan terus datang, dia tetap percaya bahwa jalan itu ada di depan dan harus terus melangkah. Dengan kerja keras dan kesabaranlah dia bisa sampai pada titik tertinggi. Barang siapa yang menabur sebuah benih, niscaya akan menuai panen di akhir kelak.

            Perjuangan dan semangat yang disampaikan penulis dengan menekankan makna dari sebuah kepasrahan diri atas segala ketetapan yang telah digariskan Allah SWT bagi setiap hamba-Nya. Pemaknaan setiap permasalahan aka ada penyelesaiannya dengan pendekatan diri dengan intensitas lebih disamping usaha yang terus-menerus, tanpa mengenal kata menyerah sperti kata kunci yang dipakainya untuk penyemangat hidupnya  ‘ Man Jadda Wa Jadda’ dan ‘ Man Shabara Zhafira’, pembuktian diri janji ‘Aku dengan Tuhan’.
            Ide cerita luar biasa, saya yakin ini daya tarik terbesarnya. Tema-tema pada setiap babnya sangat luar biasa dan bahasanya sangat tinggi, maka dengan itu membutuhkan pemikiran dan pemahaman yang khusus dalam menafsirkan tema dalam buku Ranah 3 Warna. Selain itu dalam temanya menggambarkan kemauan dan kegigihan kita dalam mencapai suatu tujuan yang telah kita harapkan (cita-cita). Tampilan cover dan wujud novel dalam Ranah 3 Warna sangat luar biasa dan menarik. Warna yang digunakan untuk cover juga begitu kontras.
Alur cerita yang sederhana dalam novel Ranah 3 Warna, membuat pembaca seakan terbawa, dan merasakan penderitaan dan menjalani kehidupan yang diderita oleh Alif setiap harinya, beralur cerita yang bergerak searah, maju hingga mencapai akhir yang sangat mengesankan. Didukung oleh penggunaan sudut pandang penulis yang menggunakan bahasa sunda dengan menyebut dirinya ‘Aden’ atau ‘den’ yg berarti ‘saya’ sebagai tokoh utama. Sedangkan pembaca di tempatkan di posisi Alif yang sedang menjalani penderitaan hidupnya. Poin selanjutnya yang mengganggu adalah penggunaan diksi. Dalam novel ini penuh dengan penggunaan diksi. Sehingga bagi pembaca pemula diperlukan pengetahuaan yang lebih untuk memahami diksi-diksi tersebut. Beberapa penulisan kalimatnya ada yang tidak sesuai dengan EYD dan penyusunan kalimatnya kurang tepat. Ada beberapa bahasa asing yang belum ada pengertiannya.
                       
            Novel Ranah 3 Warna ini sangat menarik. Ada beberapa bagian yang cukup berhasil mengucurkan air mata karena memang sangat mengharukan. Begitu penderitaan yang dialami oleh Alif bertubi-tubi. Namun, ketika Alif putus asa seakan-akan ada yang mengingatkan akan pelajaran mengenai ‘Man Jadda Wa Jadda’ dan ‘Man Shabara Zhafira’ . Berbeda dengan saat saya membaca Negeri 5 Menara, begitu susah air mata yang harus keluar meskipun rasa haru juga ada. Kalimatnya berisi tentang motivasi serta petuah-petuah yang dapat meningkatkan semangat hidup seseorang, bahasanya mudah dipahami penokohannya digambarkan secara jelas.
            Buku ini menggambarkan bagaimana kondisi mahasiswa yang merantau, bagaimana besarnya tantangan untuk dapat menjadi seorang penulis, sekaligus bagaimana menjadi seseorang yang dapat membanggakan keluarga. Sebuah karya yang ringan namun padat hikmah, semuanya terangkum dalam kisah hidup Alif.
            Inilah novel motivasi yang dapat menumbuhkan semangat ketika kita sudah putus asa akan cobaan yang bertubi-tubi menerpa diri kita. Selain itu juga member pelajaran kepada kita bahwa pentingnya hidup, bersyukur dan berusaha keras untuk mencapai cita-cita kita. Serta mengajarkan kita arti sebuah persahabatan, yang telah kita tanamkan sejak kecil. Saling membantu dan memotivasi ketika kita sedang mengalami suatu masalah.

Sabtu, 09 Juni 2012

Tugas Makul Membaca Komprehensif

REPRODUKSI BACAAN
Oleh :
Ubaidah Zahroh
A 310110128

TEKS PENELITIAN ASLI

PENERAPAN PENDEKATAN  PROSES DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BERBAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR.

A.    Dahlan Rais
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami Surakarta

Abstrack: The aims  of this research are to describe: (1) the process approach applied in the learning process of English writing class at SMP Negeri 2 Jaten, (2) the problems faced by the teacher as well as the students, and (3) the actions to solve them. This research belongs to descriptive qualitative research which covers : incidents (the learning process of the writing class), informants (the English teacher and the students of IX grade), and documents (students’ writings and writing-score archives) as the source data. The techniques of data collection used were observation and interview. To validate the data, this researcher used triangulation method and member-check. The interactive model was applied. The results of the research are as follows: the process approach  had not  been applied in the teaching process of English writing although the teacher had tried to. It is due to the fact that the teacher  had not fully understood about the concept of the process approach in learning writing. In addition, the teacher got some difficulties to provide appropriate media and materials. Meanwhile, the students were lack of English competence, interest, and motivation in learning writing. To overcome the problems the teacher should assign the students homeworks and writing exercises both individually and in groups, and send the teacher to attend the up-grading courses. However , there was no significant effort done by the teacher or school committee to solve the problems. 

Keywords : process approach, learning writing, and English competence.

Hasil Reproduksi:

ABSTRAK
PENERAPAN PENDEKATAN  PROSES DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BERBAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR.
Rais, A. Dahlan. 2007. “Penerapan Pendekatan  Proses Dalam Pembelajaran Menulis Berbahasa Inggris Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Jaten, Kabupaten Karanganyar”. Dalam Jurnal Varia Pendidikan, Vol. 19, Nomor 2, 87-99.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengoptimalkan proses belajar-mengajar bahasa inggris secara produktif di SMP Negeri 2 Jaten, kelas IX. Sistem pembelajaran ini lebih mengedepankan keterampilan berbahasa pada siswa seperti menulis dalam bahasa inggris agar dapat optimal. Maka, dengan itu perlu di adakannya  pendekatan pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar dan kreativitas para siswa.  Selain itu juga memaparkan permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa inggris. Metode dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu : metode pengumpulan data dan analisis data; dalam metode pengumpulan data menggunakan : 1. Observasi untuk mengamati proses pembelajaran menulis dengan tahap-tahap yang ada pada pendekatan proses, 2. Wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi dan masukan, baik dari siswa dan guru berkaitan dengan kesulitan yang dialami dalam kegiatan belajar mengajar menulis, dan 3. Analisis dokumen untuk memperoleh data tentang keberhasilan pembelajaran yang di ukur dari karangan siswa dan nilai yang dicapai. Metode analisis data menerapkan model interaktif, meliputi: 1. Reduksi data, 2. Disiplin data, 3. Penarikan kesimpulan/verifikasi dan pelaksanaan ketiga komponen tersebut dilaksanakan dengan cara interaksi, baik antar komponennya maupun dengan proses pengumpulan data yang terbentuk siklus. Hasil dari penelitian ini adalah proses pembelajaran writing di SMP Negeri 2 Jaten, yaitu dengan menerapkannya pendekatan proses belajar. Serta berupaya untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi guru dan siswa yang dilakukan adalah dengan memberi tugas menulis di rumah, memberi tugas secara berkelompok, serta mengirim guru untuk mengikuti berbagai pelatihan.

Kata kunci: Proses pembelajaran, pembelajaran menulis, dan kemampuan berbahasa inggris.