Selasa, 10 Juli 2012

Tugas Akhir Mata Kuliah Membaca Komprehensif

Resensi Novel: Ranah 3 Warna

Judul Buku         : Ranah 3 Warna
Nama Pengarang: Ahmad Fuadi
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit         : Jakarta
Tahun Terbit       : 2011
Tebal Buku         : 470 halaman
Harga Buku         : Rp. 45.000,00

            Novel Ranah 3 Warna adalah buku kedua dari trilogi Negeri 5 Menara yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. Buku ini bercerita tentang perjalanan hidup Alif. Alif yang baru saja lulus dari Pondok Madani (PM) bertekad untuk masuk ke perguruan tinggi negeri, menyusul Randai yang sudah lebih dulu masuk ITB. Persaingan sejak kecil dengan Randai membuatnya gigih untuk belajar dan lolos tes UMPTN. Semangatnya menggebu-gebu, agar dapat lulus ujian UMPTN. Namun, setelah mendengar kata Randai, bahwa ijazahnya bukan ijazah SMA, sempat menciutkan semangat Alif. Akan tetapi, itu membuat Alif tidak patah semangat. Malah ia menjadi tertantang untuk membuktikan bahwa lulusan pesantren juga bisa masuk universitas negeri. Ia akan buktikan kesemua orang bahwa segala tantangan berat akan bisa dihadapi dengan sungguh-sungguh dan usaha keras. Man jadda wajadda. Akhirnya, Alif keterima di universitas negeri.
            Baru beberapa bulan menjalani kuliahnya, Alif sudah harus membiayai kuliahnya sendiri, karena ayahnya telah meninggal. Tidak hanya itu, nilai ulangannya berantakan, harus membayar biaya rumah sakit, mengirim uang untuk amak dan untuk menghidupi adik-adiknya. Alif sudah tak tahan lagi dengan cobaan yang terus menimpanya. Dia akan terus bersabar dengan ujian yang bertubi-tubi menimpanya. Alif yakin, bahwa diujung kesabarannya itu ada hadiah yang bakal menantinya. Dia dapat membayar uang kuliah, makan, serta bayar kost mendapatkan penghasilan dari menulis yang digurui oleh Bang Togar yang sangat keras. Namun ia masih tetap sabar dan masih mau belajar kepada Bang Togar.
            Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi merupakan novel yang berisikan motivasi-motivasi dan semangat hidup yang luar biasa, yang begitu kental dengan kegigihan dan perjuangan dalam setiap kisahnya. Buku yang berkisah tentang seorang Alif yang berusaha keras dan sungguh-sungguh menjalani kehidupannya, dalam meraih cita-citanya. Ahmad Fuadi memang pandai dalam menggunakan bahasa mantra yaitu Man jadda wajada di buku pertama, Man Shabara Zhafira di bukunya yang kedua. Mengajak pembaca tanpa harus memaksa-maksa. Memberi motivasi, tapi bukan dengan kata-kata yang berlebihan.
            Berbagai hikmah bermanfaat yang dapat kita petik dari novel Ranah 3 Warna ini. Jika di buku pertama dari Trilogi Negeri 5 Menara kita mendapatkan pelajaran yaitu “Man Jadda Wajadda” (Barang siapa yang bersunggung-sungguh pasti akan mendapatkannya), maka dibuku yang kedua ini ada satu tambahan pelajaran lagi, yaitu “Man Shabara Zhafira” (Barang siapa yang bersabar, pasti akan mendapatkan keberuntungan). Ternyata sebuah keberhasilan, kesuksesan, atau apapun yang bermakna pencapaian (cita-cita) itu tidak hanya cukup dengan bersungguh-sungguh, tapi juga harus diiringi dengan konsep kesabaran dan usaha yang keras. Sabar adalah hal yang tidak mudah kita lakukan, maka dengan itu didalam novel Ranah 3 Warna ini, dapat kita ambil pelajarannya. Tidak hanya di situ, sifat pantang menyerah dan kesabaran yang Alif tunjukkan dalam buku Ranah 3 Warna itu dalam menghadapi cobaan membuat saya merasa iri dan malu. Malu karena saya jarang bersyukur. Malu karena belum bisa menghasilkan apa-apa. Meski cobaan terus datang, dia tetap percaya bahwa jalan itu ada di depan dan harus terus melangkah. Dengan kerja keras dan kesabaranlah dia bisa sampai pada titik tertinggi. Barang siapa yang menabur sebuah benih, niscaya akan menuai panen di akhir kelak.

            Perjuangan dan semangat yang disampaikan penulis dengan menekankan makna dari sebuah kepasrahan diri atas segala ketetapan yang telah digariskan Allah SWT bagi setiap hamba-Nya. Pemaknaan setiap permasalahan aka ada penyelesaiannya dengan pendekatan diri dengan intensitas lebih disamping usaha yang terus-menerus, tanpa mengenal kata menyerah sperti kata kunci yang dipakainya untuk penyemangat hidupnya  ‘ Man Jadda Wa Jadda’ dan ‘ Man Shabara Zhafira’, pembuktian diri janji ‘Aku dengan Tuhan’.
            Ide cerita luar biasa, saya yakin ini daya tarik terbesarnya. Tema-tema pada setiap babnya sangat luar biasa dan bahasanya sangat tinggi, maka dengan itu membutuhkan pemikiran dan pemahaman yang khusus dalam menafsirkan tema dalam buku Ranah 3 Warna. Selain itu dalam temanya menggambarkan kemauan dan kegigihan kita dalam mencapai suatu tujuan yang telah kita harapkan (cita-cita). Tampilan cover dan wujud novel dalam Ranah 3 Warna sangat luar biasa dan menarik. Warna yang digunakan untuk cover juga begitu kontras.
Alur cerita yang sederhana dalam novel Ranah 3 Warna, membuat pembaca seakan terbawa, dan merasakan penderitaan dan menjalani kehidupan yang diderita oleh Alif setiap harinya, beralur cerita yang bergerak searah, maju hingga mencapai akhir yang sangat mengesankan. Didukung oleh penggunaan sudut pandang penulis yang menggunakan bahasa sunda dengan menyebut dirinya ‘Aden’ atau ‘den’ yg berarti ‘saya’ sebagai tokoh utama. Sedangkan pembaca di tempatkan di posisi Alif yang sedang menjalani penderitaan hidupnya. Poin selanjutnya yang mengganggu adalah penggunaan diksi. Dalam novel ini penuh dengan penggunaan diksi. Sehingga bagi pembaca pemula diperlukan pengetahuaan yang lebih untuk memahami diksi-diksi tersebut. Beberapa penulisan kalimatnya ada yang tidak sesuai dengan EYD dan penyusunan kalimatnya kurang tepat. Ada beberapa bahasa asing yang belum ada pengertiannya.
                       
            Novel Ranah 3 Warna ini sangat menarik. Ada beberapa bagian yang cukup berhasil mengucurkan air mata karena memang sangat mengharukan. Begitu penderitaan yang dialami oleh Alif bertubi-tubi. Namun, ketika Alif putus asa seakan-akan ada yang mengingatkan akan pelajaran mengenai ‘Man Jadda Wa Jadda’ dan ‘Man Shabara Zhafira’ . Berbeda dengan saat saya membaca Negeri 5 Menara, begitu susah air mata yang harus keluar meskipun rasa haru juga ada. Kalimatnya berisi tentang motivasi serta petuah-petuah yang dapat meningkatkan semangat hidup seseorang, bahasanya mudah dipahami penokohannya digambarkan secara jelas.
            Buku ini menggambarkan bagaimana kondisi mahasiswa yang merantau, bagaimana besarnya tantangan untuk dapat menjadi seorang penulis, sekaligus bagaimana menjadi seseorang yang dapat membanggakan keluarga. Sebuah karya yang ringan namun padat hikmah, semuanya terangkum dalam kisah hidup Alif.
            Inilah novel motivasi yang dapat menumbuhkan semangat ketika kita sudah putus asa akan cobaan yang bertubi-tubi menerpa diri kita. Selain itu juga member pelajaran kepada kita bahwa pentingnya hidup, bersyukur dan berusaha keras untuk mencapai cita-cita kita. Serta mengajarkan kita arti sebuah persahabatan, yang telah kita tanamkan sejak kecil. Saling membantu dan memotivasi ketika kita sedang mengalami suatu masalah.